Kumpulan Kisah Sufi: Makanan dari Surga

Pada suatu hari, Yunus putra Adam ingin melepaskan hidupnya pada ketergantungan nasib, dan mencari ide untuk melayani penyediaan kebutuhan manusia.

"Aku adalah manusia," ia berkata kepada dirinya sendiri. Setiap hari mendapat porsi dari kebutuhan dunia. Porsi makanan ini datang kepadaku dengan usaha ku sendiri, ditambah dengan usaha orang lain. Dengan menyederhanakan proses ini, aku akan mencari tahu bagaimana rezeki bisa sampai kepada manusia, dan belajar sesuatu bagaimana dan mengapa hal itu bisa tejadi.

Dari pada hidup susah di dunia, aku akan menuju Sang Penguasa langsung yang punya kehendak atas segalanya. Pengemis hidupnya lewat perantara: seorang lelaki dan wanita pemurah yang rela sebagian hartanya diberikan ke pengemis dengan desakan hati yang tidak penuh. Mereka melakukan hal tersebut karena didikan sejak kecil. Aku tak menerima sumbangan lewat perantara itu.

Gambar oleh Instagram/iconoday

Selesai bertempur dengan dirinya sendiri. Ia berjalan ke pedesaan, meminta bantuan ghaib dengan keyakinan sama, ketika ia telah menjadi guru di sekolah. terdidur, yakin bahwa Tuhan akan mengurus semua kebutuhannya, layaknya burung dan binatang-binatang yang dipenuhi di wilayah mereka sendiri. Saat fajar, kicau burung membangunkannya, anak Adam masih berdiam di tempatnya, menunggu rezeki muncul. Meski pada awalnya ia berserah diri pada kekuatan ghaib, dan sangat yakin kekuatan ghaib itu tak meleset. Tapi yunus sadar, berbekal renungan tentu tidak banyak membantu.

Ia berbaring di tepi sungai menikmati alam sekitar. Ada segerombolan orang kaya dan punya kuasa. Kelompok peziarah itu beristirahat dan memakan kue lezat, air liurnya pun menetes. 

"Ini hanya ujian, dan segera berlalu," pikir anak Adam, lalu ia sembahyang isya' dan bertafakur. Dan malam pun berlalu.
Yunus menatap sinar matahari yang memantul di sungai tigris.
Pada hari kedua, yunus melihat ada sesuatu yang menyelip di alang-alang. Yunus mengambil benda itu, bentuknya sebuah bungkusan daun yang di ikat serabut kelapa.

Setelah bungkusan itu di buka, luarbiasa harumnya. Rupanya sebuah Halwa yang masih hangat. Selain punya rasa yang lezat, Halwa bisa juga di gunakan sebagai penguat tenaga dan mengobati berbagai macam penyakit.

"Keyakinanku telah terbukti!" Ujar Yunus. Kini saat yang tepat untuk mengujinya. Jika ada makanan serupa Halwa yang diantarkan kepadaku melaui sungai ini setiap hari. Pada saatnya aku bisa mengetahui cara yang ditempuh Sang Pemelihara memberi rezeki. Selanjutnya akan ku gunakan akal ku untuk mengetahui sumbernya.

Sudah tiga hari beruntun, juga tepat pada jam yang sama, sebungkus Halwa mengapung di sungai.

Ia berkeyakinan hal ini merupakan penemuan penting. Yunus mengikuti alur sungai untuk mengetuai sumbernya. Namun sungai itu tidak semakin mengecil malah melebar. Di tengah-tengah sungai terlihat Istana besar nan indah. "Dari sanalah, makanan itu berasal." Kata Yunus.

Ketika ingin melanjutkan perjalanan, Yunus bertemu seorang darwis yang tinggi kurus, dengan rambut kusut dan pakaian yang sangat sederhana.

"Salam,'' ucap Yunus.

"Salam, hu! ada urusan apa?''

"Saya sedang melakukan penyelidikan agung," Yunus menjelaskan, "Saya harus sampai pada benteng di seberang itu untuk menyelesaikan penyelidikan ini. Barang kali bapak tau arah yang harus saya ambil untuk kesana?"

"Sepertinya kau tak tahu apa-apa tentang benda itu, walau aku juga berminat," ujar darwis itu, " Akan ku beri tahu benda itu."
Yang pertama, ada seorang putri yang tinggal disana, dalam tawanan, dijaga oleh para dayang yang cantik jelita. Memang terlihat enak, tapi ruang geraknya terbatas. Sang putri tidak bisa lari dari pembuangan itu. Di asing kan karena menolak lamaran seorang pangeran. Disana terdapat rintangan yang berat. Kau harus mengungguli rintangan-rintangan agar bisa sampai."

"Bapak bisa membantu saya?"

"Aku sedang di jalan pengabdian" kata Sang Darwis, "tapi kubisikkan seusuatu."

Setelah mendapat wasita sari Sang Darwis, Yunus bisa menjebol halangan yang ada pada benteng itu.

Seorang pengawal gerbang membawanya kehadapan Sang putri.
"Kami sangat bertema kasih karena tuan telah berhasil menjebol rintangan yang mengurung benteng ini," kata Sang putri. 

"Sekarang saya bisa pulang dan memberi tuan hadiah yang sudah susah payah melewati halangan pada benteng ini."

"Hanya satu yang saya cari, mutiara tiada tara, yaitu KEBENARAN" kata Yunus. Saya mohon dengan sangat, agar diberi tahu akan kebenaran yang kini sedang saya butuhkan."

"Katakan saja, Kebenaran apa yang bisa Saya beri?
Saya akan berikan, dan sepenuhnya menjadi milik tuan."

"Baiklah, Yang Mulia. Atas perintah siapa dan bagaimana Tuan Putri setiap hari memberikan halwa setiap hari, dengan waktu pengiriman secara demikian?"

"Yunus," kata Sang Putri, "Halwa, begitu sebutan yang kau beri, yang saya lempar setiap hari, hakikatnya tidak lain merupakan sisa dari bahan perias yang saya gosokkan setelah selesa mandi air susu keledai,"

Yunus hanya tertegun mendengarnya.

"Akhirnya aku paham," kata Yunus setelah bangun dari diamnya, "Bahwa tingkat pengertian manusia selaras dengan kemampuannya untuk bisa mengerti. Bagi Sang Putri, Halwa ialah sisa bahan perias. Bagiku, makanan dari surga.

※※※※※※
Source : Tales Of The Darvishes, by Idries Shah 
Kisah Sufi Sebelumnya: Kisah Tiga Ikan 
Kisah Sufi Selanjutnya: Ketika Air Berubah

Kami mengisi Content di Blog ini sebagai pembelajaran diri. Ababila Blog sederhana ini bermangfaat, kami bersyukur. /\

0 Response to "Kumpulan Kisah Sufi: Makanan dari Surga"

Posting Komentar